Minggu, 09 Februari 2014

1. Qauliyah atau Perkataan
Yang dimaksud dgn perkataan Nabi Muhammad shalallahu'alaihiwasalam. ialah perkataan yg pernah beliau ucapkan dalam berbagai bidang syariat akidah akhlak pendidikan dan sebagainya.
Contoh perkataan beliau yg mengandung hukum syariat seperti berikut. Nabi Muhammad saw. bersabda Hanya amal-amal perbuatan itu dgn niat dan hanya bagi tiap orang itu memperoleh apa yg ia niatkan .. . Hukum yg terkandung dalam sabda Nabi tersebut ialah kewajiban niat dalam segala amal perbuatan utk mendapatkan pengakuan sah dari syara'.

2.Fi'liyah atau Perbuatan Perbuatan Nabi Muhammad shalallahu'alaihiwasalam. merupakan penjelasan praktis dari peraturan-peraturan yg belum jelas cara pelaksanaannya.
Misalnya cara cara bersalat dan cara menghadap kiblat dalam salat sunah di atas kendaraan yg sedang berjalan telah dipraktikkan oleh Nabi dgn perbuatannya di hadapan para sahabat.
Perbuatan beliau tentang hal itu kita ketahui berdasarkan berita dari sahabat Jabir radhiallahu'anhu katanya Konon Rasulullah shalallahu'alaihiwasalam.
bersalat di atas kendaraan menurut kendaraan itu menghadap. Apabila beliau hendak salat fardu beliau turun sebentar terus menghadap kiblat. .


Tetapi tidak semua perbuatan Nabi shalallahu'alaihiwasalam. itu merupakan syariat yg harus dilaksanakan oleh semua umatnya. Ada perbuatan-perbuatan Nabi shalallahu'alaihiwasalam. yg hanya spesifik utk dirinya bukan utk ditaati oleh umatnya. Hal itu krn adanya suatu dalil yg menunjukkan bahwa perbuatan itu memang hanya spesifik utk Nabi shalallahu'alaihiwasalam.

3.Taqririyah Arti taqrir Nabi ialah keadaan beliau mendiamkan tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yg telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau.
Contohnya dalam suatu jamuan makan sahabat Khalid bin Walid Radhiallahu'anhu menyajikan makanan daging biawak dan mempersilakan kepada Nabi utk meni’matinya bersama para undangan.
Rasulullah shalallahu'alaihiwasalam. menjawab Tidak . Berhubung binatang ini tidak terdapat di kampung kaumku aku jijik padanya! Kata Khalid Segera aku memotongnya dan memakannya sedang Rasulullah melihat kepadaku. .

Contoh lain adl diamnya Nabi terhadap perempuan yg keluar rumah berjalan di jalanan pergi ke masjid dan mendengarkan ceramah-ceramah yg memang diundang utk kepentingan suatu pertemuan.

Adapun yg termasuk taqrir qauliyah yaitu apabila seseorang sahabat berkata aku berbuat demikian atau sahabat berbuat berbuat begitu di hadapan Rasul dan beliau tidak mencegahnya. Tetapi ada syaratnya yaitu perkataan atau perbuatan yg dilakukan oleh seorang sahabat itu tidak mendapat sanggahan dan disandarkan sewaktu Rasulullah masih hidup dan orang yg melakukan itu orang yg taat kepada agama Islam.
Sebab diamnya Nabi terhadap apa yg dilakukan atau diucapkan oleh orang kafir atau munafik bukan berarti menyetujuinya. Memang sering nabi mendiamkan apa-apa yg diakukan oleh orang munafik lantaran beliau tahu bahwa banyak petunjuk yg tidak memberi manfaat kepadanya.

Wallahu'alam

Sabtu, 08 Februari 2014

Dibawah ini ada contoh hadits qauliyah, fi'iliyah, dan taqririyah:

Qauliyah: HR Muslim




 Taqririyah: HR Muslim



 Fi'liyah: HR Bukhori




Telah menceritakan kepada kami Muslim bin ibrahim, Ia berkata  telah menceritakan kepada kami Hisyam ibn abi abdillah telah menceritakan kepada kami Yahya bin abi kasiri dari Muhammad Ibn ‘abdirrahman dari Jabir ibn ‘Abdillah Ia berkata: Adalah Rasulllah SAW shalat diatas tunggangannya menghadap kemana arah tunggangannya menghadap. Jika Beliau hendak melaksanakan shalat yg fardlu, maka beliau turun lalu shalat menghadap kiblat.

Sunnah_Sunnah Qauliyah

1. Membaca surat setelah Al_Fatihah
Menurut ijma’ ulama disunnahkan membaca surat pada rakaat pertama setelah membaca Al_Fatihah. Demikian juga terkadang disunnahkan membacanya pada rakaat ketiga dan keempat.
Dari Abu Qatadah, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Al_Fatihah pada dua rakaat pertama pada shalat zhuhur dan ashar. Terkadang beliau memperdengarkan ayat (yang beliau baca). Pada rakaat ketiga dan keempat beliau hanya membaca Al_Fatihah saja.” [Hadits shahih diriwayatkan oleh Al_Bukhari dan Muslim]
Adapun membaca surat pada rakaat ketiga dan keempat, berdasarkan hadits dari Abu Sa’id bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca dalam shalat zhuhur pada dua rakaat pertama di setiap rakaat sekitar 30 ayat, dan membaca pada dua rakaat yang terakhir sekitar 15 ayat… [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim]
Dari hadits-hadits di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sunnah hukumnya membaca surat lebih panjang pada rakaat pertama dan kedua daripada surat yang dibaca pada rakaat ketiga dan keempat.
2. Membaca dzikir ketika ruku’
Dzikir ketika ruku’ di antaranya adalah subhaanaka Allahumma rabbaa wa bihamdika Allahummaghfirliy (Mahasuci Engkau, ya Allah, Rabb kami, dan segala puji bagi_Mu. Ya Allah, ampunilah dosaku). [HR. Bukhari dan Muslim]
Selain itu, dzikir ketika ruku’ adalah subbuwhun qudduwsun, rabbul malaaikati warruwhi  (Engkau Rabb Yang Mahasuci – dari kekurangan dan hal yang tidak layak bagi kebesaran_Mu), Mahaagung, Rabb Malaikat dan Jibril). [Hadits hasan diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An_Nasa’i II/191)]
3. Membaca dzikir ketika i’tidal
Dzikir ketika i’tidal setelah mengucapkan Rabbana lakal hamdu  di antaranya adalah Rabbanaa wa lakal hamdu hamdan katsiron thoyyibam mubaarokan fiyhi (Wahai Rabb kami, bagi_Mu segala puji, aku memuji_Mu dengan pujian yang banyak, yang baik lagi penuh dengan keberkahan). [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al_Bukhari, Abu Dawud, At_Tirmidzi dan An_Nasa’i]
4. Membaca dzikir ketika sujud
Dzikir ketika sujud di antaranya adalah subhaanaka Allahumma rabbaa wa bihamdika Allahummaghfirliy (Mahasuci Engkau, ya Allah, Rabb kami, dan segala puji bagi_Mu. Ya Allah, ampunilah dosaku). [HR. Bukhari dan Muslim]
Selain itu, dzikir ketika sujud adalah subbuwhun qudduwsun, rabbul malaaikati warruwhi  (Engkau Rabb Yang Mahasuci – dari kekurangan dan hal yang tidak layak bagi kebesaran_Mu), Mahaagung, Rabb Malaikat dan Jibril). [Hadits hasan diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An_Nasa’i II/191)]
5. Berdoa ketika duduk di antara dua sujud
Doa ketika duduk di antara dua sujud di antaranya adalah Allahummaghfirliy warhamniy wajburniy wahdiniy warzuqniy (Ya Allah ampunilah dosaku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, tunjukkanlah aku (ke jalan yang benar), dan berilah aku rezki (yang halal). [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At_Tirmidzi. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al_Albani]
Selain itu, bisa juga dengan doa Rabbighfirliy ….. Rabbighfirliy (Wahai Rabbku ampunilah dosaku ….. Wahai Rabbku ampunilah dosaku). [Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An_Nasa’i (III/226)]
6. Mengucapkan shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah membaca tasyahhud awal dan akhir
Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Dahulu kami mempersiapkan siwak dan air wudhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kapan saja beliau dapat bersiwak dan berwudhu lalu mengerjakan shalat malam sebanyak sembilan rakaat. Beliau tidak duduk kecuali pada rakaat kedelapan, lalu beliau berdoa kepada Rabbnya dan bershalawat kepada Nabi_Nya, lantas beliau bangkit tanpa mengucapkan salam. Kemudian beliau melanjutkan ke rakaat kesembilan, lalu duduk (tasyahhud akhir), memuji Rabbnya, bershalawat kepada Nabi_Nya dan berdoa …..” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim]
7. Berdoa setelah tasyahhud awal dan akhir
Doa setelah tasyahhud awal berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila kalian duduk di rakaat kedua (tasyahhud awal), maka ucapkanlah: Segala penghormatan hanya milik Allah, dan segala sanjungan dan kebaikan. Semoga kesejahteraan terlimpah atasmu, wahai Nabi, begitu kepada kita dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan_Nya. Lantas pilihlah doa mana saja yang disukainya dan mohonlah kepada Rabbnya dengan doa tersebut.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al_Bukhari dan Muslim]
Adapun doa setelah tasyahhud akhir berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila salah seorang di antara kalian selesai membaca tasyahhud akhir, maka berlindunglah kepada Allah dari empat hal: dari siksa Neraka Jahannam, siksa kubur, fitnah (prahara) kehidupan dan kematian, dan kejahatan Al_Masih Ad_Dajjal.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al_Bukhari dan Muslim]
Dalam riwayat lain disebutkan, “Dari perbuatan dosa yang merugikan.”
8. Mengucapkan salam yang kedua
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan salam 2 kali berdasarkan riwayat dari ‘Amir bin Sa’ad dari ayahnya, ia berkata, “Aku melihat Rasu-lullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri hingga aku melihat putih pipinya.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim]
Abu Malik Kamal bin As_Sayyid Salim menjelaskan bahwa salam pertama hukumnya wajib, dan salam kedua hukumnya sunnah. Berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah salam satu kali dengan menghadapkan wajahnya ke depan agak sedikit ke kanan. [Hadits shahih, diriwayatkan oleh At_Tirmidzi (295) dengan sanad yang shahih]
9. Dzikir dan doa setelah shalat
Banyak sekali hadits-hadits yang menjelaskan tentang dzikir setelah shalat, di antaranya adalah sabda Rasulullah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa bertasbih kepada Allah setiap selesai shalat sebanyak 33 kali, bertahmid sebanyak 33 kali, dan bertakbir sebanyak 33 kali, yang berarti berjumlah 99 kali. Lalu ia menyempurnakannya menjadi 100 kali dengan ucapan: laa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalah lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai’in qadiir (Tiada Ilah yang berhak diibadahi selain Allah semata yang tidak ada sekutu bagi_Nya pujian dan bagi_Nya kerajaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu), maka diampuni dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim]
Adapun doa setelah shalat, maka ada beberapa jenis doa yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya adalah Allahumma a’inniy ‘ala dzikrika, wa syukrika, wa husni ‘ibaadatika (Ya Allah, berilah pertolongan kepadaku untuk menyebut nama_Mu, bersyukur kepada_Mu, dan beribadah kepada_Mu dengan baik). [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud, At_Tirmidzi, dan An_Nasa’i dengan sanad yang shahih]
Selain itu juga, doa setelah shalat adalah Allahumma inniy as aluka ‘ilman naafi’aa, wa rizqon thoyyibaa, wa ‘amalam mutaqobbaa (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada_Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amalan yang diterima. [Hadits hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad (IV/55) dengan sanad yang hasan]
Penjelasan :
Berdoa seusai shalat hukumnya mustahab (dianjurkan) – insya Allah –. Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, doa apakah yang paling didengar (oleh Allah)?” Beliau menjawab, “Doa yang dipanjatkan di tengah malam dan setelah shalat-shalat fardhu.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh At_Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al_Albani]

Contoh 

Hadits/Sunnah Taqririyah



Persetujuan (taqrir) beliau terhadap perbuatan ataupun ucapan sahabat, diistilahkan dengan dengan sunnah taqririyah. Taqrir, yaitu keadaan beliau mendiamkan, tidak memberikan sanggahan terhadap suatu perkara yang dilakukan oleh sahabat berupa perkataan atau perbuatan, baik hal itu dilakukan di hadapan beliau atau tidak, namun beritanya sampai kepada beliau.
Contohnya adalah ketika dihidangkan kepada beliau makanan daging biawak oleh sahabat Khalid bin Walid, dalam salah satu jamuan makan. Beliau bersama para undangan dipersilakan makan, namun beliau menjawab: “Tidak (maaf). Berhubung binatang ini tidak terdapat di kampung kaumku, aku jijik padanya.” Kata Khalid: “Segera aku memotongnya dan memakannya, sedang Rasulullah saw. melihat kepadaku.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam peristiwa itu Khalid bin Walid dan beberapa sahabat lainnya memakan daging biawak tersebut dan disaksikan oleh Rasulullah saw. Dalam redaksi yang lain dikatakan: “Tidak, hanya binatang ini tidak ada di negeri saya karena itu saya tidak suka memakannya. Makanlah, sesungguhnya dia itu halal“. (HR Bukhari dan Muslim).
Dengan keadaan demikian maka sunnah tersebut juga bisa dikatakan sebagai sunnah qauliyah, karena Nabi saw. memberikan jawaban tentang mengapa beliau tidak mau mencicipinya. Sehingga sunnah tersebut memiliki dua kedudukan sekaligus, yaitu sunnah taqririyah dan sunnah qauliyah
Demikian juga dengan perniagaan sistem mudharabah (berniaga dengan harta orang lain kemudian terjadi bagi hasil) adalah sudah berlangsung secara turun temurun sejak zaman jahiliyah lalu Nabi saw tidak mengingkarinya. Beliau hanya mengharamkan perdagangan yang mengandung unsur riba serta sarana yang mengarah ke sana, atau sesuatu yang dengan sarana dagang itu terjadi tindakan haram.
Nabi saw menerima keislaman keluarga orang-orang musyrik yang kemudian masuk Islam dengan tidak mengusik pernikahan mereka yang dilakukan secara jahiliyah. Sehingga pada saat mereka sudah Islam tidak perlu mengulang lagi pernikahan tersebut dengan cara Islam. Begitu juga dengan harta-harta mereka tidak diusik, padahal mungkin berasal dari riba, judi dan penghasilan haram lainnya, yang mereka usahakan sebelum masuk Islam.
Nabi saw setuju saja pada sahabatnya untuk mendendangkan syair-syair yang baik, menyebutkan hari-hari jahiliyah, mengadakan perlombaan jalan kaki, tidak mengecam senda gurau yang mubah, membiarkan orang yang tidur di masjid. Beliau tidak mengingkari terhadap sahabat yang bersikap bangga diri pada saat perang serta memakai sutra pada saat itu. Beliau juga setuju siapa saja yang menyatakan diri sebagai seorang pemberani dengan memberi bulu atau tanda yang lain.
Beliau juga tidak mengingkari pakaian yang ditenun oleh orang-orang kafir, serta menggunakan uang yang mereka buat yang di dalamnya ada kemungkinan gambar raja-raja atau pujaan-pujaan mereka. Kenyataannya juda Rasulullah saw dan para khalifah belum pernah mencetak mata uang sendiri baik dalam bentuk dinar atau dirham. Dalam transaksi, beliau dan para sahabat menggunakan mata uang orang-orang kafir, bahkan terjadi kerjasama dalam perdagangan
Nabi saw juga tidak melarang sahabat yang melakukan shalat sunnah antara adzan maghrib hingga menjelang shalat. Beliau mendiamkan para sahabatnya terkantuk-kantuk sambil menunggu waktu shalat, dan tidak memerintahkannya untuk mengulangi wudlunya.
Kisah lainnya adalah diamnya Rasulullah saw ketika melihat para wanita berjalan keluar rumah untuk pergi ke masjid. Para wanita itu mendengarkan ceramah-ceramah beliau dalam suatu pertemuan. Demikian juga tatkala Nabi saw. mengutus orang dalam peperangan. Orang itu membaca suatu bacaan dalam shalat yang diakhiri dengan qul huwallahu ahad. Setelah pulang mereka menyampaikan hal itu kepada Nabi saw. Lalu kata Nabi saw, “Tanyakan kepadanya mengapa ia berbuat demikian!” Mereka pun menanyakannya, dan orang itu menjawab, “Kalimat itu adalah sifat Allah dan aku senang membacanya”. Maka jawab Nabi saw, “Katakan kepadanya bahwa Allah pun menyenangi dirinya”. [1]
Sunnah-sunnah semacam ini sangatlah banyak dan para sahabat telah menjadikan sunnah ini sebagai hujah, dan juga para ulama Islam. Jabir adalah sahabat Nabi saw, yang menjadikan hal ini sebagai hujah tatkala ia dan beberapa sahabat lain melakukan ‘azl[2], sementara Al Qur’an saat itu masih turun.
Bentuk taqrir ini kadangkala berupa komentar Nabi saw. (taqrir qauliyah), kadangkala hanya diam atau tidak mencegah suatu perbuatan yang dilakukan oleh sahabat. Jadi yang menjadi syarat taqrir adalah suatu perbuatan atau perkataan yang dilakukan oleh para sahabat beliau, bukan orang kafir, musyrik, atau munafik.

Selasa, 04 Februari 2014

KUMPULAN HADIS QUDSI


40 Hadits Qudsi


Dari hadits-hadits qudsi yang telah dihimpun oleh Dr. Ezzudin Ibrahim yang terdapat dalam buku beliau yang berjudul 40 Hadits Qudsi. Hadits Qudsi adalah hadits yang berisi firman Allah SWT (makna hadist ini adalah dari Allah SWT), sedangkan kalimatnya adalah dengan redaksi Rasulullah saw.
  1. Hadits Ke – 1: Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, dia berkata; telah bersabda Rasulullah saw “Ketika Allah menetapkan penciptaan makhluk, Dia menuliskan dalam kitab-Nya ketetapan untuk diri-Nya sendiri: Sesungguhnya rahmat-Ku (kasih sayangku) mengalahkan murka-Ku” (diriwayatkan oleh Muslim begitu juga oleh al-Bukhari, an-Nasa-i dan Ibnu Majah)
  2. Hadits Ke – 2: Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., bahwasanya Nabi saw bersabda, telah Berfirman Allah ta’ala: Ibnu Adam (anak-keturunan Adam/umat manusia) telah mendustakanku, dan mereka tidak berhak untuk itu, dan mereka mencelaku padahal mereka tidak berhak untuk itu, adapun kedustaannya padaku adalah perkataanya, “Dia tidak akan menciptakankan aku kembali sebagaimana Dia pertama kali menciptakanku (tidak dibangkitkan setelah mati)”, aadpun celaan mereka kepadaku adalah ucapannya, “Allah telah mengambil seorang anak, (padahal) Aku adalah Ahad (Maha Esa) dan Tempat memohon segala sesuatu (al-shomad), Aku tidak beranak dan tidak pula diperankkan, dan tidak ada bagiku satupun yang menyerupai”.  (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan begitu juga oleh an-Nasa-i)
  3. Hadits Ke – 3: Diriwayatkan dari Zaid bin Khalid al-Juhniy r.a, beliau berkata, Rasulullah saw memimpin kami shalat shubuh di Hudaibiyah, diatas bekas hujan yang turun malamnya, tatkala telah selesai, Nabi saw  menghadap kepada manusia (jama’ah para shahabat), kemudian beliau bersabda, “Tahukah kalian apa yang telah difirmankan Tuhan kalian?”, (para sahabat) berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”, Rasulullah bersabda, “(Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman) Pagi ini ada sebagian hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir, adapun orang yang mengatakan, ‘kami telah dikaruniai hujan sebab keutamaan Allah (fadlilah Allah) dan kasih sayang-Nya (rahmat-Nya), maka mereka itulah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang – bintang’; dan adapun yang berkata, ‘kami telah dikaruniai hujan sebab bintang ini dan bintang itu, maka mereka itulah yang kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang – bintang’ ”. (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan begitu juga oleh an-Nasa-i)
  4. Hadits Ke – 4: Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah saw, “Allah Telah Berfirman,’Anak – anak adam (umat manusia) mengecam waktu; dan aku adalah (Pemilik) Waktu; dalam kekuasaanku malam dan siang’ ” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan begitu juga Muslim.)
  5. Hadits Ke – 5: Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, Telah bersabda Rasulullah saw “Telah berfirman Allah tabaraka wa ta’ala (Yang Maha Suci dan Maha Luhur), Aku adalah Dzat Yang Maha Mandiri, Yang Paling tidak membutuhkan sekutu; Barang siapa beramal sebuah amal menyekutukan Aku dalam amalan itu, maka Aku meninggalkannya dan sekutunya” (Diriwayatkan oleh Muslim dan begitu juga oleh Ibnu Majah)
  6. Hadits Ke – 6: Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya salah seorang yang pertama di hisab di hari kiamat adalah seorang lakilaki yang mati syahid (gugur dalam peperangan); kemudian disebutkan baginya semua kenikmatan-kenikmatan yang diberikan kepadanya, dan dia mebenarkannya. Kemudia Allah Subhanahu wa ta’ala bertanya kepadanya, ‘Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat itu?’, lelaki itu menjawab, ‘Aku berperang untuk-Mu hingga aku syahid’; Allah menjawab, “Kamu berdusta, (akan tetapi sesungguhnya) engkau berperang agar orang menyebutmu pemberani, dan (orang – orang) telah menyebutkan demikian itu, kemudian diperintahkan (malaikat) agar dia diseret di atas wajahnya hingga sampai di neraka dan dilemparkan kedalamnya”. Dan (selanjutnya adalah) seorang laki – laki yang mempelajari ilmu dan mengamalkannya serta dia membaca al-Quran, kemudian dia didatangkan, kemudian disebutkan nikmat – nikmat yang diberikan kepadanya dan dia membenarkannya. Kemudian Allah bertanya, ‘Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat – nikmat itu?’ lelaki itu menjawab, ‘Aku mencari ilmu dan  engamalkannya/mengajarkannya, dan aku membaca al-Quran karena-Mu’. Allah berfirman, “kamu berdusta, (akan tetapi) kamu mencari ilmu itu agar disebut sebagai ‘alim (orang yang berilmu), dan kamu membaca al-Quran agar orang menyebutmu qari’, dan kamu telah disebut demikian itu (alim & qari’)” kemudian diperintahkan (malaikat) kepadanya, agar dia diseret di atas wajahnya hingga sampai di neraka dan di masukkan kedalam neraka” Dan (selanjutnya) seorang laki – laki yang diluaskan (rizkinya) oleh Allah. Dan dikaruniai berbagai harta kekayaan. Kemudian dia dihadapkan, dan disebutkan nikmat – nikmat yang diberikan kepadanya, dan dia membenarkannya. Kemudia Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat – nikmat itu?”, lelaki itu menjawab, “Tidaklah aku meninggalkan jalan yang aku cintai selain aku menginfakkan hartaku untuk-Mu”; Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Kamu berdusta, tetapi kamu melakukan itu semua agar orang menyebutmu dermawan, dan kamu telah disebut demikian”. Kemudian diperankkan (malaikat) kepadanya, agar dia diseret di atas wajahnya, hingga sampai dineraka dan dimasukkan kedalam neraka. (HR. Muslim dan begitu juga at-Tirmidzi dan an-Nasai)
  7. Hadits Ke – 7: Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir r.a., beliau berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Tuhanmu bangga terhadap seorang pengembala kambing, yang berada di atas gunung/bukit, dia mengumandangkan adzan untuk sholat dan mengerjakan sholat, kemudian Allah ‘azza wa jalla (Yang Maha Perkasa dan Maha Luhur) berfirman, ‘Lihatlah hambaku ini, dia mengumandangkan adzan dan menegakkan sholat (iqomat) karena takut kepada-Ku, maka sesungguhnya Aku telah mengampuni hambaku ini, dan Aku akan memasukkannya kedalam surga’” (Diriwayatkan oleh an – Nasai dengan sanad yang shahih.)
  8. Hadits Ke – 8: Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. Bahwasanya nabi saw bersabda, “Barangsiapa mengerjakan sholat dengan tanpa mebaca, di dalam sholatnya, umm al-Quran (surah al-Fatihah), maka sholatnya kurang (diucapkan beliau tiga kali, sebagai penegasan), tidak sempurnalah sholatnya.” kemudian disampaikan kepada Abi Hurairah, sesungguhnya kami berada di belakang imam, maka beliau berkata, bacalah dengannya (ummum Quran) untuk dirimu sendiri (sebagai makmum tetap membaca al-fatihah), karena sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Aku membagi sholat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian. Dan bagi hamba-Ku apa yang dia mohonkan, maka ketika hambaku berkata (Segala Puji Hanya Bagi Allah, Tuhan semesta alam) Allah ‘azza wa jalla berfirman, Hambaku telah memuji-Ku, dan ketika seorang hamba berkata, (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Hambaku telah memujiku’, dan ketika seorang mengucapkan, (Yang Menguasai di Hari Pembalasan), Allah berfirman, ‘Hambaku telah memuliakan Aku’ – dan (Abu Hurairah) pernah mengatakan (dengan redaksi), ‘Hambaku telah berserah diri kepadaku’, dan ketika seseorang berkata, (Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan), Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘ini adalah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya’, dan ketika seseorang berkata,: (Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. ), Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘Ini adalah bagi hambaku, dan bagi hambaku apa yang dia pinta ‘ ” (diriwayatkan oleh Imam Muslim, dan begitu juga oleh Imam Malik, Imam Tirmidzi, dan ImamAbu Dawud, Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah)
  9. Hadits Ke – 9: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah , “Sesungguhnya perkara/amal seorang hamba yang dihisab pertama kali adalah shalatnya. Seandainya (shalatnya) baik, maka benar-benar paling beruntung dan paling sukses, dan seandainya (sholatnya) buruk, maka dia benar-benar akan kecewa dan merugi, dan seandainya kurang sempurna shalat fardlunya, Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘lihatlah apakah bagi hambaku ini (ada amal) sholat sunnah (mempunyai sholat sunnah) yang bisa menyempurnakan sholat fardlunya,’ kemudian begitu juga terhadap amal-amal yang lainnya juga diberlakukan demikian ” (Hadits diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, dan begitu juga oleh Abu Dawud dan Imam An-Nasai dan Ibn Majah serta Imam Ahmad.)
  10. Hadits Ke – 10: Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., dari Nabi saw, beliau bersabda, ”Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Puasa itu untukku, dan Aku yang akan memberikan ganjarannya, disebabkan seseorang menahan syahwatnya dan makannya serta minumnya karena-Ku, dan puasa itu adalah perisai, dan bagi orang yang berpuasa dua kebahagiaan, yaitu kebahagian saat berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya, dan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah, daripada bau minya misk/kesturi’ ” (Hadits riwayat al-Bukhari, dan begitu juga oleh imam Muslim, dan Imam Malik, dan Tirmidzi dan an-Nasai serta Ibnu Majah.)
  11. Hadits Ke – 11: Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Allah Subhanahuwa ta’ala berfirman, berinfaklah wahai anak adam, (jika kamu berbuat demikian) Aku memberi infak kepada kalian”. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan begitu juga oleh Imam Muslim)
  12. Hadits Ke – 12: Diriwayatkan dari Abu Mas’ud al-Anshari r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah , saw “Ada seorang lelaki sebelum kalian yang dihisab, dan tidak ditemukan satupun kebaikan ada padanya kecuali bahwa dia adalah orang yang banyak bergaul dengan manusia, dan dia orang yang lapang(berkecukupan), serta dia memerintahkan kepada pegawai-pegawainya untuk membebaskan orang-orang yang kesulitan (dari membayar hutang), kemudian Rasulullah bersabda, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,’Kami *(Allah) lebih berhak untuk berbuat itu daripada dia, (oleh karena itu) bebaskan dia’ ” (Hadits riwayat Muslim, begitujuga oleh al-Bukhari dan an-Nasai.)
  13. Hadits Ke – 13: Diriwayatkan dari ‘Adiy ibn Hatim r.a., beliau berkata, ketika aku sedang berada disamping Rasulullah saw, kemudian datanglah dua orang laki-laki, salah satunya mengadukan tentang kemiskinan, dan lelaki yang lainnya mengadukan tentang perampokan di jalan, kemudian Rasulullah saw bersabda, “Adapun mengenai perampokan, sesungguhnya kelak dalam waktu yang tidak lama, akan datang suatu masa, ketika sebuah kafilah tidak memerlukan pengawal saat menuju Makkah, dan adapun tentang kemiskinan, tidak akan datang hari Kiamat, (sehingga datang masa dimana) seorang diantara kalian berdiri untuk mencari orang yang mau menerima sedekah, namun tidak dapat menemukan seorangpun yang mau menerimanya, kemudian (dihari kiamat) setiap orang diantara kalian akan berdiri dihadapan Allah, yang tidak ada diantaranya dan Allah hijab/tabir, dan tidak pula ada penerjemah yang menerjemahkan/juru bicara untuk orang tersebut, kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘bukankah Aku telah memberimu harta?’ kemudian orang itu menjawab, ‘benar’, kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘bukankah telah aku utus kepadamu seorang Rasul? ‘, lalu orang itu menjawab, ‘benar’, kemudian ia melihat ke arah kanannya, maka ia tidak mendapati kecuali Neraka, kemudian dia melihat ke arah kirinya, dan tidak mendapati kecuali Neraka. Maka jagalah diri-diri kalian dari api Neraka, meskipun dengan (bersedakah) separuh buah kurma, dan jika dia tidak mendapatinya (kurma/barang untuk bersedekah) maka (bersedahlah) dengan perkataan yang baik” (Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari.)
  14. Hadits Ke – 14: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Nabi saw bersabda, sesungguhnya Allah tabaaraka wa ta’ala (Maha Memberkati dan Maha Tinggi) memiliki banyak malaikat yang selalu mengadakan perjalanan yang jumlahnya melebihi malaikat pencatat amal, mereka senantiasa mencari majelis-majelis dzikir. Apabila mereka mendapati satu majelis dzikir, maka mereka akan ikut duduk bersama mereka dan mengelilingi dengan sayap-sayapnya hingga memenuhi jarak antara mereka dengan langit dunia. Apabila para peserta majelis telah berpencar mereka naik menuju ke langit. Beliau melanjutkan: Lalu Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung menanyakan mereka padahal Dia lebih mengetahui daripada mereka: Dari manakah kamu sekalian? Mereka menjawab: Kami datang dari tempat hamba-hamba-Mu di dunia yang sedang mensucikan [Tasbih], mengagungkan [Takbir], membesarkan [Tahlil], memuji [Tahmid] dan memohon kepada Engkau. Allah bertanya lagi: Apa yang mereka mohonkan kepada Aku? Para malaikat itu menjawab: Mereka memohon surga-Mu. Allah bertanya lagi: Apakah mereka sudah pernah melihat surga- Ku? Para malaikat itu menjawab: Belum wahai Tuhan kami. Allah berfirman: Apalagi jika mereka telah melihat surga-Ku? Para malaikat itu berkata lagi: Mereka juga memohon perlindungan kepada-Mu. Allah bertanya: Dari apakah mereka memohon perlindungan-Ku? Para malaikat menjawab: Dari neraka-Mu, wahai Tuhan kami. Allah bertanya: Apakah mereka sudah pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat menjawab: Belum. Allah berfirman: Apalagi seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat itu melanjutkan: Dan mereka juga memohon ampunan dari-Mu. Beliau bersabda, kemudian Allah berfirman: Aku sudah mengampuni mereka dan sudah memberikan apa yang mereka minta dan Aku juga telah memberikan perlindungan kepada mereka dari apa yang mereka takutkan. Beliau melanjutkan lagi lalu para malaikat itu berkata: Wahai Tuhan kami! Di antara mereka terdapat si Fulan yaitu seorang yang penuh dosa yang kebetulan lewat lalu duduk ikut berdzikir bersama mereka. Beliau berkata, lalu Allah menjawab: Aku juga telah mengampuninya karena mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara orang yang ikut duduk bersama mereka. (Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim, begitu juga oleh Imam Bukhari at-Tirmidzi dan an-Nasa’i.)
  15. Hadits Ke – 15: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah saw “Telahberfirman Allah Subhanahu wa ta’ala, ‘Aku adalah sebagaimana prasangka hambaku kepadaku,dan Aku bersamanya ketika dia mengingatku, dan jika hambaku mengingatku dalam sendirian,maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku sendiri, dan jika dia mengingatku di dalam sebuahkelompok/jama’ah, (maka) Aku mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dari kelompoktersebut, dan jika dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta, dan jikadia mendekat kepadaku sehasta, Aku mendekat kepadanya satu depa, dan jika dia mendatangikudengan berjalan, Aku mendatanginya dengan berjalan cepat’ ”(Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari, begitu juga oleh Imam Muslim, Imam Tirmidzi danImam Ibnu Majah.)
  16. Hadits Ke – 16: Diriwayatkan oleh Ibn ‘Abbas r.anhumaa, dari Nabi saw Sesungguhnya Allah menulis semuakebaikan dan keburukan. Barangsiapa berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia tidak melakukannya, Alloh menulis di sisiNya pahala satu kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia melakukannya, Alloh menulis pahala sepuluh kebaikan sampai 700 kali, sampai berkali lipat banyaknya. Barangsiapa berkeinginan berbuat keburukan, lalu dia tidak melakukannya, Alloh menulis di sisiNya pahala satu kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat keburukan, lalu dia melakukannya, Alloh menulis satu keburukan saja. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.)
  17. Hadits Ke – 17: Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman : Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim. Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah. Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada- Ku niscaya akan Aku ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada- Ku. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama diantara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa diantara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun . Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama diantara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin diantara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka diantara kalian, niscaya hal itu tidak mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku, seandainya sejak orang pertama diantara kalian sampai orang terakhir semunya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah mencela kecuali dirinya. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim, begitu juga oleh Imam Tirmidzi dan Imam Ibn Majah)
  18. Hadits Ke – 18: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah saw, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla kelak dihari kiamat akan berfirman, “Wahai anak cucu Adam, aku sakit dan kamu tidak menjengukku”, ada yang berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana kami menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam”, Allah berfirman, “Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya hambaku yang bernama Fulan sakit, dan kamu tidak menjenguknya? Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya jika kamu menjenguknya, engkau akan mendapatiku didekatnya. Wahai anak cucu adam, aku meminta makanan kepadamu, namun kamu tidak memberiku makanan kepada-Ku”, ada yang berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana kami dapat memberi makan kepada-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?” Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya hambaku fulan meminta makanan, dan kemudian kalian tidak memberinya makanan? Tidakkah engkau tahu, seandainya engkau memberinya makanan, benar-benar akan kau dapati perbuatan itu di sisi-Ku. Wahai anak cucu adam, Aku meminta minum kepadamu, namun engkau tidak memberi-Ku minum” , ada yang berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana kami memberi minum kepada-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?” Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Seorang hambaku yang bernama fulan meminta minum kepadamu, namun tidak engkau beri minum, tidakkah engkau tahu, seandainya engkau memberi minum kepadanya, benar – benar akan kau dapati (pahala) amal itu di sisi-Ku” (Hadist diriwayatkan oleh Muslim.)
  19. Hadits Ke – 19: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, beliau berkata, Rasulullah saw bersabda, “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kesombongan adalah seledangku, dan keagungan adalah kain(sarung)ku, barangsiapa bersaing (turut memiliki) dalam salah satu dari kedua hal tersebut, maka benar-benar akan aku lemparkan dia di dalam neraka’ ” (Hadist diriwayatkan oleh Abu Dawud, begitu juga oleh Ibn Majah dan Imam Ahmad, dengan sanad yang shahih.)
  20. Hadits Ke – 20: Dari Abu Hurairah r.a., bahwasannya Rasulullah saw telah bersabda, “pintu – pintu surga dibuka pada hari senin dan hari kamis, maka diampunilah setiap hamba yang tidak mensekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali seorang laki-laki yang diantaranya dan saudaranya bermusuhan, maka dikatakan kepadanya, tundalah hingga keduanya berdamai, tundalah hingga keduanya berdamai, tundalah hingga keduanya berdamai ”. (hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim, begitu juga oleh Imam Malik dan Abu Dawud.)
  21. Hadits Ke – 21: Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw, beliu bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Ada tiga jenis orang yang Aku menjadi musuh mereka pada hari qiyamat, seseorang yang bersumpah atas namaku lalu mengingkarinya, seseorang yang menjual orang yang telah merdeka lalu memakan (uang dari) harganya dan seseorang yang memperkerjakan pekerja kemudian pekerja itu menyelesaikan pekerjaannya namun tidak dibayar upahnya” (Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan begitu juga Imam Ibnu Majah dan Imam Ahmad.)
  22. Hadits Ke – 22: Diriwayatkan dari Abu Sa’id r.a., beliau berkata, Rasulullah saw  telah bersabda, “Janganlah salah seorang mencela dirinya sendiri.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang mencela dirinya sendiri?” Beliau menjawab: “Dia melihat perkara Allah diperbincangkan, lalu dia tidak mengatakan (pembelaan) kepadanya, maka Allah ‘azza wajalla akan berkata kepadanya kelak di hari Kiamat; ‘Apa yang mencegahmu untuk mengatakan begini dan begini! ‘ lalu ia menjawab, ‘Saya takut terhadap manusia’. Maka Allah pun berfirman: ‘Aku lebih berhak untuk kamu takuti’.”  (Hadits diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dengan sanad yang shahih.)
  23. Hadits Ke – 23: Dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah saw, sesungguhnya Allah tabaaraka wa ta’aala berfirman di hari kiamat, “Dimanakah orang – orang yang saling mencintai karena-Ku, dihari ini (kiamat) aku menaungi mereka dalam naunganku, dihari dimana tidak ada naungan kecuali naunganku” (Hadits riwayat Bukhari, dan begitu juga diriwayatkan oleh Imam Malik.)
  24. Hadits Ke – 24: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya jika Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman, ‘Sesunguhnya aku mencintai fulan, maka cintailah dia.’”, Rasulullah selanjutnya bersabda, maka Jibril pun mencintainya, kemudian Jibril menyeru penduduk langit, “Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah dia”, maka para penghuni langit pun mencintainya, selanjutnya Rasulullah saw bersabda, “dan kemudian dibumi diapun menjadi orang yang diterima”. Dan ketika Allah membenci seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril dan kemudian berfirman, “Sesungguhnya aku membenci si fulan, maka bencilah dia”, maka Jibril pun membenci si Fulan, kemudia Jibril menyeru penduduk langit, “sesungguhnya Allah membenci si fulan, maka bencilah dia”, Rasulullah saw melanjutkan, “maka penduduk langitpun membenci fulan, kemudian diapun dibenci di bumi”. (Hadits riwayat Muslim, dan begitu juga oleh Imam Bukhari, Malik, dan Imam Tirmidzi.)
  25. Hadits Ke – 25: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah saw, sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla berfirman, Siapa yang memusuhi seorang kekasihku, maka Aku menyatakan perang kepadanya, dan tiada mendekat kepadaku seorang hambaku, dengan sesuatu yang lebih kusukai daripada melaksanakan kewajibannya, dan selalu hambaku mendekat kepadaku dengan melakukan sunah – sunah sehingga Aku sukai, maka apabila Aku telah kasih kepadanya, Akulah yang menjadi pendengarannya, dan penglihatannya, dan sebagai tangan yang digunakannya dan kaki yang dijalankannya, dan apabila ia memohon kepadaku pasti kukabulkan dan jika  perlindung kepadaku pasti kulindungi” (Hadits riwayat Bukhari.)
  26. Hadits Ke – 26: Diriwayatkan dari Abi Umamah r.a., dari Nabi saw, beliau bersabda, Allah Azza Wa Jalla berfirman, Sesungguhnya wali-wali (para kekasih) yang terbaik menurutku adalah seorang mukmin yang ringan kondisinya, punya bagian dari shalat, menyembah Tuhannya dengan baik, menaati-Nya saat sepi (dalam keadaan sirri/tersembunyi), tidak dikenali orang dan tidak ditunjuk dengan jari, rizkinya pas-pasan (hanya cukup bagi dirinya sendiri) lalu ia bersabar atas hal itu”. Setelah itu beliau SAW mengetuk-ngetukkan tangan beliau, kemudian beliau bersabda, “Kematiannya dipercepat, sedikit wanita yang menangisi dan sedikit harta peninggalanya.” (Hadits riwayat at-Tirmidzi, dan begitu juga ima Ahmad dan Ibnu Majah, dengan sanad hasan.)
  27. Hadits Ke – 27: Dari Masyruq, beliau berkata: kami bertanya – atau aku bertanya – kepada Abdullah – maksudnya adalah Abdullah Ibn Mas’ud – mengenai ayat berikut: Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (Ali-Imran:169). Ibnu Abbas berkata, ketahuilah sesunguhnya aku benar – benar telah menanyakan ayat tersebut (kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم), maka beliau bersabda, “ruh-ruh mereka didalam burung-burung berwarna hijau yang memiliki pelita-pelita yang tergantung di ‘arasy, (ruh mereka) terbang ke surga sesuai kehendak mereka, dan kemudian kembali ke pelita, kemudian Tuahan mereka mendatangi mereka dan berfirman, ‘Apakah ada sesuatu yang kalian inginkan?’, mereka menjawab, ‘adakah lagi yang kami inginkan, sedangkan kami bebas terbang ke surga sekehendak kami’, dan hal tersebut ditanyakan kepada mereka tiga kali, dan ketika mereka menyadari bahwa mereka tidak akan ditinggalkan (tidak ditanya lagi) hingga mereka meminta sesuatu, mereka selanjutnya berkata, ‘Wahai Tuhan kami, kami berharap kiranya Engkau kembalikan ruh kami ke dalam jasad kami, hingga kami terbunuh kembali di jalan-Mu untuk kedua kalinya’, tatkala Allah melihat bahwa mereka tidak memiliki hajat/keinginan lain lagi, maka mereka ditinggalkan (tidak ditanya lagi)”. (Diriwayatkan oleh Muslim, begitu juga oleh at-Tirmidzi, an-Nasai dan Ibnu Majah.)
  28. Hadits Ke – 28: Dari Jundub ibn Abdillah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah saw , “Terdapat seseorang laki-laki dari orang-orang sebelummu yang memiliki luka, kemudian dia mengambil pisau dan melukai tanganya, maka darahnya pun terus mengalir keluar hingga dia meninggal, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘hambaku telah bergegas menemuiku karena ulahnya, maka aku haramkan baginya surga ‘” (Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari.)
  29. Hadits Ke – 29: Dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasululah saw bersabda, Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman, ‘Tidak ada bagi hambaku yang beriman balasan dari-Ku, ketika aku ambil orang yang saling dia sayangi (kekasihnya) dari penduduk dunia, kemudian dia mengharapkan keridhaan Allah (balasan pahala dari Alah), kecuali (pasti akan Ku balas dengan) surga’. (Diriwayatkan oleh Bukhari.)
  30. Hadits Ke – 30: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah saw bersabda, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Ketika hambaku menyukai untuk bertemu denganku, akupun senang untuk bertemu dengannya, dan ketika hambaku benci untuk bertemu denganku, akupun benci bertemu dengannya” (diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Malik.). (Dan didalam riwayat Imam Muslim, yang menjelaskan makna hadits tersebut): dari ‘Aisyah r.anha, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah saw: barangsiapa senang bertemu dengan Allah, Allah pun juga senang bertemu dengannya, dan barangsiapa yang benci bertemu dengan Allah, Allah pun juga benci bertemu dengannya. Aku (‘Aisyah r.a) pun bertanya, “Wahai Nabi Allah, aku membenci mati ? kita semua membenci kematian”, Rasulullah saw bersabda, “Tidak demikian (maksudnya), akan tetapi, seorang mukmin ketika diberikan kabar gembira dengan rahmat Allah, keridloan-Nya dan surga-Nya, maka dia pun senang bertemu dengan Allah, dan Allah pun senang bertemu dengannya, sedangkan orang kafir, ketika diberitakan kepada mereka dengan adzab Allah, dan murka-Nya maka mereka benci bertemu dengan Allah, dan Allah pun juga benci bertemu dengan mereka”.
  31. Hadits Ke – 31: Diriwayatkan dari Jundub r.a., bahwa Rasulullah saw diberitakan bahwa seseorang berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni fulan”, dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “siapakah yang telah bersumpah dengan nama-Ku, bahwa aku tidak akan mengampuni fulan, sesungguhnya aku benar-benar mengampuni fulan, dan Aku membatalkan amal-amalmu”, atau seperti perkataan/sabda yang serupa kalimat tersebut. (Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim.)
  32. Hadits Ke – 32: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw, beliau bersabda, seorang laki-laki yang telah berbuat melampau batas atas dirinya sendiri, maka ketika ajalnya akan datang, dia berwasiat kepada anaknya, kemudian dia berwasiat: Ketika aku telah mati, bakarlah (jasad) aku, kemudian hancurkanlah sampai halus, selanjutnya sebarkanlah abu (jasad) ku di udara di laut, karena, demi Allah seandainya Allah menetapkan kepadaku untuk mengadzabku, Dia akan mengadzabku dengan adzab yang belum pernah ditimpakan kepada seorangpun (selainku). Maka mereka melakukan apa yang diwasiatkan kepadanya. Kemudian Allah berfirman kepada bumi, Kumpulkanlah apa yang telah kamu ambil, maka ketika lelaki itu berdiri (dibangkitkan kembali), selanjutnya Allah berfirman, “Apa yang mendorongmu untuk melakukan perbuatan tersebut?”, lelaki itu menjawab, “karena aku takut ( خشي ) kepada-Mu wahai Tuhanku, (dalam kalimat lain: karenat aku takut kepada-Mu dengan menggunakan خائف )”. maka Allah pun mengampuni lakilaki tersebut disebabkan hal tersebut (karena rasa takut kepada Allah). (Diriwayatkan oleh Muslim, dan begitu juga oleh Imam Bukhari, an-Nasa’i dan Ibn Majah.)
  33. Hadits Ke – 33: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw, salah satu dari yang di wahyukan dari Tuhannya ‘Azza wa Jalla, adalah sabdanya, “telah berbuat dosa seorang hamba dengan suatu perbuatan maksiat/dosa, kemudian dia berkata, Ya Tuhanku ampunilah bagiku dosaku. Maka Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, ‘hambaku telah berbuat dosa dengan suatu perbuatan dosa, dan dia mengetahui bahwa Tuhannya maha mengampuni dosa dan menghukum perbuatan dosa.’, kemudian hamba tersebut berbuat dosa kembali, dan kemudian berdoa (lagi) yaitu: Tuhanku, ampunilah bagiku dosaku. Maka Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, ‘hambaku melakukan perbuatan dosa, dan dia mengetahui bahwa Tuhannya mengampuni dosa dan mengadzab perbuatan dosa’. Kemudian hamba tersebut berbuat dosa kembali, dan kemudian berdoa kembali yaitu: Tuhanku, ampunilah bagiku dosaku, maka Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, ‘hambaku telah berbuat dosa, dan dia tahu , dia memiliki Tuhan yang Mengampuni dosa dan mengadzab perbuatan dosa. Lakukanlah apa yang kamu kehendaki, karena aku benar-benar telah mengampunimu’ ”. (Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim, dan begitu juga oleh Imam Bukhari.)
  34. Hadits Ke – 34: Diriwayatkan dari Anas r.a., beliau berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Wahai anak cucu Adam, sesungguhnya bagimu apa yang kamu pintakan kepadaku dan kamu mohonkankepadaku, aku mengampunimu atas apa yang ada padamu dan aku tidak memperdulikannya (berapa besar dan banyak dosa yang ada padamu), wahai anak adam, seandainya engkau datang denga dosa-dosamu sebanyak awan di langit, kemudian engkau memohon ampunanku, maka aku mengampunimu, wahai anak cucu Adam, sesungguhnya seandainya engkau datang kepadaku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian engkau menemuiku dengan tanpa menyekutukanku sama sekali, maka kutemui engkau dengan ampunan sejumlah itu pula”. (Hadits diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan begitu juga oleh Imam Ahmad, dan sanadnya Hasan.)
  35. Hadits Ke – 35: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah saw bersabda, Tuhan kita Subhanahu wa ta’ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam terakhir, kemudian berfirman, “Barangsiapa berdoa kepadaku, akan aku kabulkan, dan barangsiapa meminta kepadaku, maka akan aku beri, dan barangsiapa memohon ampunanku, maka aku ampuni”. (Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari, begitu juga oleh Imam Muslim, Imam Malik, Imam Tirmidzi dan Abu Dawud, dan dalam riwayat Muslim, dengan tambahan: Allah turun (di langit dunia) hingga terbitnya fajar.)
  36. Hadits Ke – 36: Diriwayatkan dari Anas r.a., dari Nabi saw, beliau bersabda: orang-orang yang beriman berkumpul pada hari kiamat, kemudian berkata, “Hendaknya kita memohon pertolongan kepada Tuhan kita”, kemudian mereka mendatangi nabi Adam dan berkata, “Engkau adalah ayah umat manusia, Allah Subhanahu wa ta’ala telah menciptamu dengan Tangan-Nya, dan telah bersujud kepadamu para Malaikat, dan engkau telah Diajarkan (oleh Allah Subhanahu wa ta’ala) namanama segala sesuatu, maka mintakanlah pertolongan bagi kita kepada Tuhanmu, sehingga kita bias beristirahat dari tempat kita ini”, Nabi Adam menjawab, “Aku tidak bisa menolong kalian (memintakan pertolongan kepada Allah),” dan kemudian Nabi Adam menyebutkan kesalahankesalahannya, dan diapun merasa malu (kepada Allah, untuk memintakan pertolongan), kemudian dia berkata, “Pergilah menemui Nuh, karena sesungguhnya dia adalah Rasul pertama yang diutus Allah kepada penduduk bumi”, kemudian mereka pun mendatangi nabi Nuh, maka Nuh a.s pun menjawab, “Aku tidak bisa menolong kalian”, kemudian dia menyebutkan kesalahannya yang mempertanyakan sesuatu yang dia tidak ada pengetahuan tentangnya, karena itu dia merasa malu (untuk memintakan pertolongan), kemudian Nabi Nuh berkata, “Temuilah Kekasih Allah Yang Maha Pengasih (Khalilullah/Khalilurrahman, Nabi Ibrahim a.s)”, merekapun menemuinya. Nabi Ibrahim pun menjawab, “Aku tidak bisa menolong kalian”, kemudian beliau berkata, “Temuilah Musa, seogan hamba yang Allah bercakap denganya, dan diturunkan kepadanya Taurat”, merekapun menemui nabi Musa a.s., dan beliaupun menjawab, “Aku tidak bisa menolong kalian”, kemudian beliau menyebutkan kesalahannya yang telah membunuh seorang manusia untuk menyelamatkan diri yang lain. Dan beliau merasa malu kepada Tuahnnya. Kemudian Nabi Musa berkata, “Temuilah Isa, hamba Allah dan Rasul-Nya, kalimat Allah dan Ruhullah”, kemudian mereka pun menemui nabi Isa a.s, Nabi Isa pun menjawab, “Aku tidak bisa menolong kalian, temuilah Muhammad, seorang hamba Allah yang telah diampuni dosa-dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang”, maka merekapun menemuiku (Nabi Muhammad saw), maka akupun berangkat (menemui Allah) sehingga meminta izin kepada Tuhanku maka Dia memberikan izin kepadaku. Dan ketika aku melihat Tuhanku, akupun jatuh bersujud, dan Dia pun membiarkanku selama yang dikehendaki-Nya, kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Angkatlah kepalamu, dan mintalah, aku akan berikan (yang kau pinta), dan berkatalah, maka perkataanmu akan didengarkan, dan mintakanlah syafa’at dan syafa’atmu akan dikabulkan”, maka akupun mengangkat kepalaku, dan aku memuji Allah dengan segenap pujian yang telah Allah beritahu kepadaku, kemudian aku memberikan syafa’at dan Allah menetapkan bagiku batasan (jumlah orang yang dapat diberi syafa’at), kemudian mereka semua dimasukkan ke dalam surga. Kemudian aku kembali menghadap Allah Subhanahu wa ta’ala, dan ketika aku melihat Tuhanku (aku pun jatuh bersujud) sebagaimana sebelumnya. Kemudian aku memberikan syafa’at dan Allah Subhanahu wa ta’ala menetapkan bagiku batasan (jumlah orang yang diberi syafa’at), maka mereka semua kemudian dimasukkan ke dalam surga. Kemudian aku kembali menghadap Allah Subhanahu wa ta’ala untuk ketiga, keempat, hingga aku berkata, “Tidak tersisa di dalam neraka kecuali orang-orang yang telah ditetapkan di dalam al-Qur’an, dan orang-orang yang ditetapkan  kekal di dalamnya.” (Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari (dan begitu juga Muslim, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah), dan di dalam riwayat yang lain oleh Imam Bukhari, dengan tambahan: Nabi saw bersabda: dikeluarkan dari api neraka, seseorang yang pernah berkata: laa ilaha ilallah , dan di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji jagung, dan kemudian juga dikeluarkan dari api neraka, seseorang yang pernah berkata  laa ilaha ilallah dan di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji gandum, dan juga dikeluarkan dari neraka seseorang yang pernah berucap laa ilaha ilallah dan di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji sawi (atau seberat atom/dzarrah).
  37. Hadits Ke – 37: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah saw, telah berfirman Allah Subhanahu wa ta’ala, “Aku telam mempersiapkan bagi hambaku yang shalih, surga yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas di benak manusia”, abu hurairah selanjutnya berkata, maka bacalah jika kamu kehendaki: “seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk  mereka yaitu (bermacam – macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata”.[QS. As- Sajdah:17] (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim serta Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah.)
  38. Hadits Ke – 38: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Rasulullah saw bersabda, ketika Allah menciptakan surga dan neraka, Dia mengutus Jibril untuk melihat neraka, dan kemudian berfirman: Lihatlah apa yang ada di dalamnya, dan kenikmatan yang aku janjikan kepada penghuninya di dalamnya. Rasulullah saw melanjutkan: Kemudia Jibril datang ke surga dan melihat di dalamnya dan pada kenikmatan yang disiapkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala kepada para penghuninya di dalamnya, kemudian Rasulullah saw mengatakan: kemudian Jibril kembali kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan berkata, “Demi kemulyaan-Mu, tidak seorangpun yang mendengar tentangnya, kecuali akan memasukinya”. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan untuk menyelimuti/melingkupi surga dengan perkara-perkara yang dibenci (berbagai kesulitan), kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman (kepada Jibril): kembalilah ke surga, dan lihatlah apa yang telah aku persiapkan untuk para penghuninya di dalamnya. Rasulullah saw melanjutkan, “kemudian kembalilah Jibril ke surga, maka ketika dia sampai di sana, benar-benar (surga) telah terlingkupi dengan berbagai kesulitan, kemudia Jibril kembali menemui Allah Subhanahu wa ta’ala dan berkata, ‘Demi Kemulyaan-Mu, aku benar-benar kuatir, bahwa tidak akan seorangpun masuk ke dalamnya’. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘Pergilah ke neraka, dan lihatlah di dalamnya, dan perhatikan terhadap apa yang aku persiapkan bagi para penghuninya’. kemudian ketika Jibril sampai di neraka, dia melihat neraka terdiri dari beberapa tingkatan, yang satu di bawah yang lain, kemudian dia kembali menemui Allah Subhanahu wa ta’ala dan berkata, ‘Demi Kemulyaan-Mu, Tidak seorangpun yang mendengar tentangnya akan memasukinya’. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan untuk menyelimuti/melingkupi Neraka dengan syahwat/kesenangan, dan kemudian berfirman kepada Jibril, ‘Kembalilah ke Neraka’, kemudian Jibril pun kembali ke Neraka, dan kemudian berkata, ‘Demi Kemulyaan-Mu, hamba benar-benar kuatir, tidak seorangpun terbebas kecuali akan memasukinya’” (Hadits diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, dan beliau berpendapat hadits ini berdrajat hasan shahih begitu juga diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibn Majah)
  39. Hadits Ke – 39: Diriwayatkan dari Abi Sa’id al-Khudri r.a., dari Nabi saw, beliau bersabda, “surga dan neraka berdebat, kemudian neraka berkata: ‘bagianku (aku dimasuki) orang-orang yang suka menindas dan sombong’, dan surga berkata, ‘bagianku orang-orang yang lemah (dhu’afa) dan orang-orang miskin’, maka Allah memberi keputusan diantara mereka, ‘Sesungguhnya engkau surga adalah kasih sayangku, denganmu aku kasihi siapa saja yang aku kehendaki, dan engkau neraka adalah adzabku, dengamu aku mengadzab siapa saja yang aku kehendaki, dan bagi kamu berdua, akulah yang menentukan isinya’”. (Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim, dan juga oleh Imam Bukhari dan Imam Tirmidzi)
  40. Hadits Ke – 40: Diriwayatkan dari Abi Sa’id al-Khudri r.a., beliau berkata, telah bersabda Nabi saw, sesungguhnya Allah berfirman (kepada semua penduduk surga), “Wahai para penghuni surga”, mereka menjawab, “Kami datang memenuhi panggilanmu wahai Tuhan kami dan kebaikan ada dalam kekuasaan-Mu”, Allah berfirman, “Apakah kalian Ridlo/puas (terhadap segala nikmat- Ku) ?”, mereka menjawab, “apakah lagi yang membuat kami tidak ridlo wahai Tuhanku, sedangkan engkau benar-benar telah memberikan nikmat yang tidak engkau berikan kepada seorang lainpun dari makhlukmu”, kemudian Allah berfirman, “maukah kalian aku berikan nikmat yang lebih baik dari itu semua?”, mereka menjawab, “Wahai Tuhanku, nikmat yang mana lagikah yang lebih utama dari nikmat itu semua?”, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Aku melimpahkan kepadamu keridloanku, maka tidak akan ada lagi kemurkaanku pada kalian setelah ini, selamanya”. (Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan begitu juga oleh Imam Muslim dan Imam Tirmidzi.)

ARTI KARUNIA

[+] Karunia, Dalam Arti Yang Sebenarnya

Sesuatu baru dapat dikategorikan sebagai karunia dari ALlah adalah manakala setelah kita mendapat sesuatu tersebut dapat membuat kita semakin dekat dengan Allah


Kita sadari ataupun tidak, kehidupan materialistis telah membuat kita lupa akan arti karunia Allah sebenarnya. Orientasi terhadap materi yang begitu tinggi mengubah perspektif kita terhadap karunia. Kita sering menganggap bahwa segala sesuatu yang diberikan Allah kepada kita berupa tambahan materi adalah sebuah karunia. Kenaikan gaji, kehidupan layak, jabatan yang dihormati oleh masyarakat, kedudukan yang terhormat, dsb seolah-olah itu adalah merupakan karunia oleh Allah. Sebenarnya, jika kita telah memperoleh satu atau - bahkan - semua hal diatas belum dapat dikatakan bahwa kita benar-benar telah mendapatkan karunia dari Allah. Lho kok?

Kita sebagai muslim harusnya mempunyai perspektif yang berbeda tentang karunia dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah mengenal eksistensi Tuhan. Dan perspektif yang benar ini pulalah yang mendatangkan ketentraman dalam hidup kita dari persaingan semu yang hanya mendatangkan kepada kemudharatan.

Sesuatu baru dapat dikategorikan sebagai karunia dari ALlah adalah manakala setelah kita mendapat sesuatu tersebut dapat membuat kita semakin dekat dengan Allah. JIka sekarang kita telah bekerja di sebuah perusahaan ternama, kita baru dapat mengatakan bahwa hal tersebut adalah karunia dari Allah jika hubungan atau interaksi kita dengan Allah semakin dekat dibandingkan dengan sebelum kita bekerja di perusahaan tersebut. Jika setelah melakukan komparasi, rupanya kualitas ibadah kita dan interaksi kita dengan Allah semakin berkurang jika dibandingkan dengan sebelum kita bekerja maka kita patut waspada ! Jangan-jangan ini bukan merupakan nikmat dari Allah.

Ada banyak orang yang miskin yang begitu sabar dengan kemiskinannya, akan tetapi ketika kelapangan telah datang kepada mereka, mereka sudah mulai lupa dari mana mereka berasal sehingga interaksi mereka dengan ALlah pun amburadur. Lalu apakah kekayaan yang telah Allah berikan kepada mereka dapat kita katakan sebagai karunia sejati?

dalam hal lain, ada juga sekelompok orang kaya yang jauh dari interaksi dengan Allah. Tapi manakala musibah datang kepada mereka, dan mereka pun jatuh miskin, akan tetapi kemudian mereka bertaubat, dan interaksi mereka dengan Allah pun semakin dekat. Mereka sudah mulai melakukan ibadah yang sangat jarang sekali mereka lakukan kala mereka berada pada posisi berkecukupan. Inilah Karunia Sejati...!

Buat apa harta yang melimpah, jabatan yang tinggi, penghasilan yang besar jika akhirnya hanya membuat kita jauh dari ALlah !

Buat apa juga kedudukan yang tinggi jika hanya melahirkan sifat sombong, padahal karena sifat itu pulalah Iblis diusir dari neraka, dan ALlah sudah menjanjikan tidak akan memasuki syurga seseorang yang masih tersimpan dalam hatinya rasa sombong

Yang kita butuhkan sekarang adalah, Karunia hakiki dari Allah, yang dengannya akan membuat kita semakin dekat dengan Allah

Jadi mulai sekarang, ketika kita menerima sesuatu, kita harus berdoa dan berharap kepada ALlah, agar dengannya kita semakin dekat dengan Allah

Allahumma amien

MACAM MACAM MANUSIA MENGHADAPI KARUNIA ALLAH


Manusia dalam menerima ni’mat karunia Alloh terbagi menjadi tiga golongan:
1). Orang yang merasa gembira dengan karunia itu, akan tetapi kegembiraannya bukan di tujukan kepada yang memberi karunia itu melainkan karena kelezatan (kenikmatan) yang dapat dirasakan pada karunia itu.
Orang yang demikian termasuk dalam golongan orang-orang yang lalai.
2). Orang yang gembira dengan karunia itu, kemudian dia mengerti bahwa karunia yang di terimanya itu sebagai ni’mat dari Dzat yang telah memberikannya (yaitu Alloh). Orang semacam ini sesuai dengan FirmanNYA yang artinya:
Katakanlah: “Dengan karunia Alloh dan RohmatNYA, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Alloh dan RohmatNYA itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (Q.S. Yunus: 58)
3). Orang yang gembira sebab Alloh. Maka mereka tidak menyibukkan diri dari karunia itu dengan kenikmatan lahir maupun batin. Melainkan mereka menyibukkan diri dengan melihat Alloh dan pertemuan hatinya denganNYA.
Mereka tidak melihat sesuatu kecuali hanya kepada Alloh. Orang yang demikian sesuai dengan firmaNYA yang artinya:
Katakanlah: “Allohlah (yang menurunkannya) “, kemudian biarkan mereka bermain-main dalam kesesatannya” (Q.S. Al An’am: 91)
Abu Muhammad Abdul Aziz Al Mahdawy berkata: Siapa yang tidak melihat pemberi ni’mat di dalam ni’mat, maka ni’mat itu hanya merupakan istidroj dan menjadi bala’ (cobaan).